Anak-anak semakin membaik. Benar-benar signifikan membaik. Anak-anak yang saya tegur itu, mereka mengubah sikap mereka jika saya ada di kelas. Ya allah, rahmati mereka. Terima kasih sudah mau berubah. Meskipun bisa jadi kalian tidak memahami betul kenapa saya bisa lebih keras dibandingkan guru-guru lainnya untuk saat ini, percayalah, saya hanya ingin kalian menjadi pribadi yang santun, yang tau tata krama, yang tau tempat, kondisi, dan berhadapan dengan siapa. Saya tidak ingin kalian menjadi orang yang mementingkan perasaan kalian saja yang hanya harus dihargai, saya ingin kalian lebih peka terhadap lingkungan nyata, tidak hanya yang kalian pedulikan di media sosial itu. Ibu sebenarnya ingin menyebutkan nama kalian satu-satu dari yang kelas X dan XI, yang ibu tegur akhir-akhir ini, tapi semoga kalian tau, ibu benar-benar menyukai perubahan kalian.

Meskipun begitu, ada satu kelas yang masih sulit saya hadapi. Mereka tidak paham apa yang saya anggap tidak sopan. Mereka masih mengelak dan mencoba menjelaskan bahwa apa yang mereka lakukan seharusnya bukan masalah. Ada siswa yang bahkan tidak ingin mendengarkan saya saat saya tegur dengan lebih pelan. Ia mengacuhkan saya. Mereka tidak paham. Bagaimana mereka berekspresi, bertindak, dan berkata, mereka benar-benar tidak memahami mengapa saya menganggap apa yang mereka lakukan tidak sopan. Mereka tetap mencoba menjelaskan apa yang mereka lakukan seharusnya bisa ditolerir dan seharusnya saya tidak marah.

Saya menangis beberapa akhir ini. Apa yang salah? Apa lagi yang harus saya lakukan agar mereka memahami apa yang mereka lakukan tidak sopan? Apakah mereka selambat itu untuk memahaminya?

Akhir-akhir ini, saya berpikir untuk menyerah. Mungkin memang kami berbeda nilai. Hal-hal apa yang saya anggap tidak sopan, mungkin bagi mereka memang masih oke-oke saja. Saya menghargai perbedaan nilai cara menghormati sesuatu antarorang. Namun, mereka anak didik saya. Di satu sisi saya ingin melepas dan menghormati mereka dengan apa yang mereka lakukan, mereka percaya masih benar, karena kita berbeda nilai. Di sisi lain, saya takut disalahkan oleh Allah, mengapa secepat itu menyerah? Bukankah saya pendidik? Bukankah tugas pendidik adalah membuat manusia terdidik?

Saya bingung. Benar-benar bingung bagaimana seharusnya bertindak ke depannya. Apakah saya harus tetap masuk kelas jika saya tidak dianggap sebagai guru keberadaannya di dalam kelas? Apakah saya tetap harus mengajarkan materi matematika tanpa peduli tingkah laku siswa yang tidak sopan? Apakah saya semestinya diam saja dan fokus pada siswa yang mau belajar saja? Bukankah berarti saya pilih-pilih siswa yang mau saya didik jika saya memutuskan untuk seperti itu?

Seandainya sekolah bisa memilih murid mana yang bisa masuk sekolah tersebut, saya kira peserta didik akan lebih menghargai sekolah dan gurunya serta aturannya. Mungkin memang tetap ada siswa yang kurang sopan, namun setidaknya, sekolah punya standar yang jelas mengenai penerimaan siswa berdasarkan prestasi yang mereka miliki dan siswa tersebut juga berminat untuk masuk dan mengikuti peraturan di dalamnya.

Tinggalkan komentar

Sedang Tren