Kemarin, hari Minggu, 28 April 2024, aku mengunjungi Taman Hutan Raya Juanda di Dago, Bandung, bersama Bonita, temanku.

Ini orangnya, cantik seperti boneka kata ibuku.

Kami berdua sama-sama tidak tau tidak jalur jalan untuk menuju spot ke tempat-tempat terkenal di Tahura (Taman Hutan Raya). Seperti Goa Jepang, Goa Belanda, Penangkaran Rusa, dan Curug Omas.

Kami berkali-berkali mengambil rute lebih panjang karena kami tidak membawa peta, yang diberikan oleh petugas, dan juga tidak memfotonya di dekat pintu masuk. Kami hanya mengandalkan papan petunjuk arah. Niat kami berdua kami ingin sampai ke Curug.

Ini spot tangga menuju jalan arah ke Goa Jepang

Perjalanan ini cukup menyegarkan pikiranku setelah harus bekerja lebih banyak seminggu ini. Meskipun beberapa kali mengambil rute lebih panjang dan harus istirahat di beberapa tempat, ini perjalanan favoritku. Aku mengajak Bonita kesini karena Bonita pecinta alam dan beberapa kali naik gunung. Aku tidak. Aku rasa dia akan lebih sabar menghadapiku jika aku tiba tiba harus minta istirahat.

Kami banyak mengobrol. Hal biasa yang kami lakukan ketika bertemu. Di perjalanan aku berpikir, aku berkali-kali ke Tahura, tapi tidak pernah sampai sejauh ini. Kami berjalan pulang pergi 10 km. Ini jalan kaki terjauh aku dalam beberapa tahun terakhir. Aku berpikir, apakah jika bukan dengan Bonita, aku bisa juga mencapai Curug, tujuan utama kami kesini? Atau berhenti sampai Goa Belanda seperti yang sebelum-sebelumnya?

Pemandangan-pemandangan indah ini menyegarkan isi kepalaku yang penuh dengan ekspektasiku sendiri.

Perjalanan kali ini juga memunculkan banyak what ifs. Bagaimana jika aku pergi dengannya? Orang yang juga penyuka alam dan juga sering mendaki gunung seperti Bonita ini? Tapi apakah dia akan sabar denganku yang suka mengobrol dan nanya macam macam? Apakah dia akan sabar dengan keluhanku jika aku sudah lelah tapi masih ingin tetap berjalan dan akhirnya tetap berjalan? Hahaha.

Apakah dia akan memahamiku selama perjalanan atau aku yang lebih banyak memahaminya? Atau kita bisa saling memahami keluhan dan perasaan bersemangat satu sama lain selama perjalanan? Aku sepertinya tidak sepercaya itu jika dengannya, bisa mencapai curug. Mungkin dia akan langsung menurutiku untuk berhenti karena mengeluh kelelahan. Tidak membiarkan aku membuat keputusan apakah aku memang ingin beristirahat atau hanya ingin mengeluh saja.

Aku memikirkan keberhasilan perjalanan ini karena orang yang aku ajak adalah Bonita dan aku percaya aku bisa mencapai Curug Omas bareng Bonita, meskipun sambil mengeluh dan ingin menangis di perjalanan pulang. Aku ga beneran menangis sih, hanya ingin mengeluh saja, dan Bonita untungnya tetap biasa dan sabar saja melihat aku yang mengeluh capek tapi tetep jalan.

Kami saling percaya bisa mencapai tujuan itu satu sama lain meskipun tidak bergitu terencana perjalanannya. Kami kadang melihat kemana orang lain berjalan. Apakah ini juga sama seperti kehidupan?

Kita harus yakin dulu bahwa bahwa orang yang menemani kita di kehidupan ini adalah dia. Kita harus percaya kita bisa mencapai tujuan kehidupan kita bersama. Bukan hanya mendukung keinginan satu orang saja.

Aku berharap, di masa depan, aku menemukan jodohku orang seperti Bonita dan teman-teman baikku selama ini. Yang sabar dengan proses adaptasiku di situasi yang baru. Yang ingin melihat proses tumbuhku.

Aku berharap ia adalah orang yang juga mau ikut tumbuh bersamaku. Semoga Allah melindunginya selalu.

Tinggalkan komentar

Sedang Tren